Peringatan Pertempuran 5 Hari Di Semarang
Peringatan Pertempuran 5 Hari Di Semarang
peringatan peristiwa pertempuran 5 hari di semarang diperingati dengan upacara di Museum Perjuangan Mandala Bhakti pada Kamis (14/10/2021). Acara ini dilaksanakan secara offline maupun online dan dihadiri oleh walikota semarang yakni bapak Hendrar Prihadi beserta pejabat-pejabat tinggi lainnya. Upacara peringatan pertempuran 5 hari di Semarang dilaksanakan pada 14 Oktober 2021 pukul 19.08 WIB. Upacara diawali dengan pembacaan cukilan sejarah dan ungkapan pertempuran 5 hari di Semarang oleh petugas upacara. “Semboyan merdeka atau mati bukan hanya kata-kata manis di bibir saja, tetapi terbukti dan sungguh-sungguh terjadi. Ketika tentara penduduk Jepang menolak pengambilan alihan kekuasaan atau pelucutan senjata dan pergantian bendera Jepang dengan sang saka Merah Putih maka terjadilah ketegangan dan puncak dari ketegangan itu pecahlah pertempuran. Tanggal 14 Oktober 1945 pukul 18.00, delapan anggota polisi istimewa yang sedang bertugas jaga di tandon air Mungkal diserang oleh tentara Jepang. Mereka dilucuti, disiksa dan dibawa ke markas Kidobutai Jatingaleh. Tiga jam berikutnya kira-kira pukul 21.00 tentara Jepang berkeliaran di simpang 4 Pandanaran yang sekarang dikenal dengan simpang 5. Mereka mencegat dokter Kariadi selaku kepala laboratorium rumah sakit Purusara atau yang kini dikenal dengan rumah sakit Kariadi yang sedang dalam perjalanan memeriksa tandon air yang menurut laporan telah diracun oleh pihak Jepang. Dan dalam peristiwa ini dokter Kariadi yang dicegat, ditangkap, disiksa sampai wafat. Melihat rentetan peristiwa yang dilakukan Jepang, markas pemuda di Bojong 85 segera mengadakan kontak dengan BKR di mugas dan melakukan pengejaran bersama-sama. Karena hal ini lah, memicu masyarakat untuk menyerang tentara Jepang” ucap petugas upacara.
Petugas upacara membacakan rentetan peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang yang mana penyerangan dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, menuju ke pelabuhan dengan melewati tanah putih. Kemudian kelompok kedua menuju BKR mugas dengan melewati Siranda. Dan kelompok ketiga melewati Gajah Mungkur menuju lokasi muka gedung Lawang Sewu dan rumah dinas Gubernur. Di kompleks Tugu Muda saat inilah Jepang melakukan kekejaman, kekejian, menyiksa dan membunuh pemuda-pemuda anggota BKR dan polisi istimewa yang tertangkap. Melihat peristiwa itu, pemuda-pemuda pejuang tidak diam berpangku tangan. Mereka memberi balasan yang setimpal dengan memberondong habis tahanan-tahanan Jepang di penjara Bulu. Para pemuda BKR dan polisi istimewa melakukan konsolidasi baik yang di dalam maupun yang di luar. Adapun keputusannya adalah melakukan serangan Gerilya dan pejuang-pejuang berhasil merebut kembali markas dari tentara Jepang dengan meninggalkan korban yang tidak sedikit dari pihak Jepang. Sifat pengecut Jepang tercermin saat meminta diadakan gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran, ternyata Jepang melakukan operasi pertempuran di kampung-kampung yang ada di kota Semarang. Pertempuran-pertempuran semakin sengit masih terjadi di sekitar penjuru kota dengan jatuhnya korban dikedua belah pihak. Dengan adanya perundingan antara pemerintah RI dengan tentara Jepang di Bojong. Para pejuang, pemuda, BKR yang pada hakikatnya pecinta kedamaian serta patuh terhadap pimpinan maka berakhirlah pertempuran yang ada di Semarang. Karena lamanya 5 hari pertempuran, maka peristiwa bersejarah ini dikenal dengan pertempuran 5 hari di Semarang.
Setelah petugas upacara membacakan cukilan sejarah dan ungkapan pertempuran 5 hari di Semarang. Selanjutnya ialah menyanyikan lagu-lagu perjuangan, dimana lagu tersebut ialah Kobarkan Semangat Indonesia, Bagimu Negeri, dan Syukur. Setelah menyanyikan lagu-lagu perjuangan, maka dilanjutkan dengan bapak Hendrar Prihadi selaku walikota Semarang sekaligus sebagai inspektur upacara memasuki mimbar dan memberikan amanat. “Monumen Tugu Muda dibangun untuk mengenang perjuangan para pemuda dalam pertempuran 5 hari Semarang. Bung Karno menaruh perhatian besar untuk mengenang peristiwa di Semarang. Maka sudah sepatutnya kita meneladani sikap dari beliau dengan tidak mengesampingkan atau bahkan jangan melupakan jasa-jasa pejuang terdahulu dalam kehidupan kita. Untuk itu walaupun peristiwa 5 hari telah berlalu 76 tahun lamanya, dengan semangat perjuangan tidak boleh padam bagi segenap warga kota Semarang. Ada salah satu contoh tantangan nyata yang kita hadapi hari ini yaitu pandemi covid-19. Hingga saat ini kita merasakan pandemi yang berkepanjangan. Namun, dengan semangat pertempuran 5 hari yang telah mengakar kuat dalam diri kita dengan segala pengorbanan pantang menyerah yang telah kita berikan serta dengan upaya yang telah kita lakukan secara bersama-sama. Kita yakin trend positif penanganan covid-19 dapat berlangsung sampai hari ini”. Ucap bapak Hendrar Prihadi dalam menyampaikan amanatnya.
Upacara peringatan peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang ditutup dengan pembacaan doa oleh petugas upacara. Pembacaan doa dilakukan mengikuti ajaran islam yang dimana suasana tersebut khidmat dan tenang. Setelah itu inspektur upacara meninggalkan mimbar dan semua pasukan upacara dibubarkan sehingga upacara peringatan peristiwa pertempuran 5 hari di Semarang telah selesai.