Festival HAM Pemkot Semarang feat. Bukit Buku I Hysteria mempersembahkan Semarang Writers Week II “

Festival HAM Pemkot Semarang feat. Bukit Buku I Hysteria mempersembahkan Semarang Writers Week II “

By Divisi News 8 min read
Festival HAM Pemkot Semarang feat. Bukit Buku I Hysteria  mempersembahkan Semarang Writers Week II “

SEMARANG - Festival HAM Pemkot Semarang feat. Bukit Buku I Hysteria mempersembahkan Semarang Writers Week II “Ode untuk Kemanusiaan” pada 17/11/2021 – 21/11/2021 diselenggarakan melalui Zoom Meeting dan luring berlokasi di Oudetrap Kota Lama Semarang. 

Pada hari Jumat (19/11) pembicara Sucipto Hadi Purnomo, Khotibul Umam, Candra Darusman Gregorius Manurung dengan moderator Vita Agustina melakukan diskusi “Hak Cipta Dahulu, Kini, dan Esok Karya Paul Goldstein” 

Tanggapan dari Candra Darusman mengenai tema tersebut adalah Tema tersebut memuat hukum, ekonomi, dan emosional. Hak cipta adalah konsep barat yang ditransplantasi ke budaya Indonesia. Seperti halnya dengan proses transplantasi ada organ yang ditransplantasi ke tubuh manusia bisa cocok bisa tidak. Tetapi diantaranya ada yang cocok melalui masa transisi tetapi tidak apa selama belum ada system yang efektif yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan lingkungan moral, maka kita masih terus menganut sistem haki dalam hal ini juga hak cipta. 

Hadi Purnomo memberikan tanggapan, tradisi kata – kata hak cipta menyangkut karya intelektual di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan juga sastra. Dalam tradisi jawa misalnya yang telah berabad – abad lamanya bahwa hak cipta mendapatkan tempat yang terhormat meskipun tentu saja formulanya tidak persis sama tidak seketat ketika kemudia kita membaca apa yang termaksud dalam Undang – Undang hak cipta, tetapi kita melihat dari waktu ke waktu. Kita bisa menengarai bahwa karya itu adalah karya misalnya apakah itu bernama Mahabharata yang merupakan karya Muhammad Karyawiyosa yang kemudian disalin diubah berikutnya menjadi pujangga – pujangga itu jelas bisa kita lacak di sana. Hadi Purnomo juga mengatakan “Kampus perguruan tinggi semestinga menjadi Centre of Excellent itu ternyata justru menambah kerapuhannya. Pegalaman saya menjadi pengajar maupun kebetulan sampai sekarang masih menjadi tim evaluasi kinerja akademik menemukan sejumlah pelanggaran terhadap hak cipta yaitu praktik plagiasi yang tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa jenjang sarjana saja, tetapi dilakukan oleh diduga kuat seorang doktor yang bahkan menjabat sebagai rektor”

Khotibul Umam memberikan tanggapan bahwa Sastra modern bisa dibilang “adaptasi” seperti Anak Bajang Menggiring Angin Sibunata dari cerita Ramayanayang notabene ditulis Walmiki. 

Di akhir diskusi, Candra Darusman mengatakan, “Jangan mengambil karya substansial dari orang lain. Bila Idenya sama, mau dibuat bagaimanapun bahasanya itu termasuk plagiasi”. Hadi Purnomo menambahkan “Praktik plagiasi adalah praktik yang menyesatkan ilmu pengetahuan”

Vita Agustina menyimpulkan, “Menjiplak sebagian atau seluruh karya orang lain adalah perbuatan yang sangat tidak terpuji”.