Kok Dingin, Ya?

Pantas saja beberapa hari terakhir ini, udara terasa sangat dingin! Di daerah akademia, gimana?

By Divisi News 7 min read
Kok Dingin, Ya?

        Hai akademia, beberapa hari ini suhu udara terasa sangat dingin bukan? Hal tersebut pun sempat menjadi trending di Twitter dan setiap warganet mengeluhkan suhu udara di daerahnya masing-masing. Bahkan di Jawa Tengah, beberapa waktu lalu suhu udaranya mencapai 15-20 derajat celcius.


Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, udara dingin yang terjadi pada malam menjelang pagi hari di beberapa hari ini menjadi pertanda musim kemarau akan datang. "Semakin cerah langit di musim kemarau akan semakin dingin udara dirasakan pada malam dan menjelang pagi hari," Minggu (26/7/2020).


Saat menjelang dan pada puncak musim kemarau, Herizal melanjutkan, langit umumnya cerah di sepanjang hari. Kondisi ini menyebabkan radiasi Matahari tidak banyak mengalami rintangan untuk masuk permukaan Bumi sehingga suhu pada siang hari menjadi hangat. Sebaliknya, pada malam hari radiasi bumi yang lepas ke angkasa juga bisa berlangsung maksimal karena langit yang cerah. "Akibatnya, ketika malam hari radiasi yang diterima dari matahari nol, sedangkan radiasi bumi yang lepas ke angkasa maksimal. Pada kondisi seperti ini kondisi udara pada malam hari menjelang dan pada puncak kemarau lebih dingin dibanding kondisi udara malam hari di musim hujan," papar Herizal.


Kabid Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Hary Tirto Djatmiko mengatakan, suhu udara dingin yang belakang ini lebih dominan disebabkan karena kandungan uap di atmosfer cukup sedikit. Hary mengatakan, kondisi suhu dingin di sejumlah daerah ini diperkirakan akan berlangsung hingga setidaknya dua bulan ke depan.  


Meski demikian, katanya, saat ini belum merupakan puncak kemarau sehingga kondisi ini bukan merupakan kondisi yang paling signifikan. "Diprakirakan pada Agustus dan awal September nanti kondisi dingin akan semakin terasa di wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT," jelas Hary.


Pada saat puncak kemarau, lanjut Hary, memang umumnya suhu udara lebih dingin dan permukaan bumi lebih kering. Pada kondisi demikian, panas matahari akan lebih banyak terbuang dan hilang ke angkasa. Ini yang menyebabkan suhu udara musim kemarau lebih dingin daripada suhu udara musim hujan. Selain itu, kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.


Sumber: Kompas.com